AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI
Definisi
Akuntansi Social
Ekonomi (ASE) menurut Belkaoui (1984) lahir dari anggapan bahwa
akuntansi sebagai alat manusia dalam kehidupannya harus juga sejalan
dengan tujuan social hidup manusia. ASE berfungsi untuk memberikan
informasi “social report” tentang sejauh mana unit organisasi, Negara
dan dunia memberikan kontribusi yang positive dan negative terhadap
kualitas hidup manusia. ASE sebagai suatu penerapan akuntansi di bidang
ilmu social termasuk bidang sosiologi, politik ekonomi.
Ada juga yang memberikan istilah lain
dari ASE yaitu Akuntansi Sosial yang terdiri dari Akuntansi Mikro
Sosial dan Akuntansi Makro Sosial.
Faktor Penyebab munculnya ASE
Kesadaran
masyarakat akan perlunya dijaga kelestarian lingkungan untuk
kelangsunagn hidup manusia dan penekanan pada kelestarian hidup dan
kesejahteraan social semakin tinggi menjadi pendorong munculnya ASE.
Faktor pendorong munculnya ASE adalah:
-
Adanya kesadaran dan komitmen terhadap kesejahteraan social tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi.
-
Adanya paradigma kesadaran lingkungan tidak seperti selama ini lingkungan diabdikan untuk perusahaan, untuk mengejar keuntungannya.
-
Munculnya perspektif ecosystem, dimana system global tidak bisa berjalan sendiri sendiri tanpa memperhatikan system lain. Sistem ekonomi harus berjalan
-
Munculnya perhatian terhadap perlindungan kepentingan social. Dengan gencarnya pertumbuhan ekonomi maka sering melupakan kepentingan social yang merugikan masyarakat, namun lama kelamaan muncul kesadaran akan pentinganya diperhatikan kepentingan social tidak hanya kepentingan ekonomi.
Kenyamanan masyarakt tidak hanya mengejar keuntungan material dia juga harus memperhatikan aspek spitritual.
Perkembangan Akutansi Soaial Ekonomi
Pemikiran ASE dapat dirujuk ke Pasca
Perang Dunia ke II dimana semakin dituntut kualitas hidup tidak saja
pertumbuhan ekonomi. Tahun 1960an sudah muncul beberapa pengembangan
indikator social, akutansi sosial, pengukuran kualitas hidup,
monitoring perubahan social, dan pelaporan social. Pelaporan ASE ini
sudah mulai diikuti dan menjadi lazim bagi beberapa perusahaan besar
khususnya di Negara- Negara maju baik karena kebijakan untuk mengambil
hati Publik atau secara sukarela maupun karena rekomendasi atau
saran-saran atau kewajiban dari regulator (SEC, BAPEPAM).
Di Indonesia menunjukan bahwa perusahaan masih sangat rendah dalam melakukan pengungkapan aspek social.
Bentuk Laporan ASE
Pelaporan dalam ASE berarti memuat
informasi yang menyangkut dampak positif atau negative yang
ditimbulkan oleh perusahaan. Pelaksanaan ASE masih banyak kendala dan
keterbatasan terutama dalam hal pengukuran dan pelaporan.
Dimata Islam pengungkpan aspek social
melalui laporan keuangan bukan hanya berdimensi dunia, investor saja
tetapi juga berdimensi akhirat bahkan harus memperhatikan
tanggung-jawabnya kepada komunitas, social, makhluk alam lainnya serta
Allah SWT.
AKUNTANSI ISLAM
Definisi
Akutansi Islam
atau Akutansi Syariah pada hakekatnya adalah penggunaan akutansi
dalam menjalankan syariah Islam. Shahata (Harahap, 1997:272) misalnya
mendefinisikan Akutansi Islam sebagai berikut:
“ Postulat,
standar, penjelasan dan prinsip akutansi yang menggambarkan semua
hal…sehingga akutansi Islam secara teoritis memiliki konsep, prinsip,
dan tujuan Islam juga. Semua ini secara serentak berjalan bersama bidang
ekonomi, social, politik, idiologi, etika, kehidupan, keadilan dan
hukum Islam. Akutansi dan bidang lain itu adalah satu paket dan tidak
bisa dipisahkan satu sama lain,.”
Sesuai dengan penjelasan Hayashi (1989) Akutansi dalam bahasa Arab disebut Muhasabah terdapat 48 kali disebut dalam Alquran.
Kata Muhasabah memiliki 8 pengertian Hayashi (1989):
-
Yahsaba yang berarti menghitung, to compute, atau mengukur atau to mensure.
-
Juga berarti pencatatan dan perhitungan perbuatan seseorang secara terus menerus
-
Hasaba adalah selesaikan tanggung jawab
-
Agar supaya bersifat netral
-
Tahasaba berarti menjaga
-
Mencoba mendapatkan
-
Mengharapkan pahala diakhirat.
-
Menjadikan perhatian atau mempertanggungjawabkan
Dalam merumuskan kerangka sosial reporting dalam
perspektif Islam Haniffa (2002) mengemukakan 3 dimensi: (1) mencari
ridho Ilahi (2) memberikan keuntungan kepada masyarakat, (3) mencari
kekayaan untuk memenuhi kebutuhan. Ketiga dimensi ini dalam Islam
dianggap juga subagai bagiab dari ibadah.
FUNGSI MUHTASIB DAN SIFAT PELAPORAN SOSIAL EKONOMI
Beberapa tugas Lembaga muhtasab adalah (Harahap, 1992):
-
Mengatur agar muslim melaksanakan kewajiban shalat maka muhtasib berhak memasukkannya ke penjara.
-
Menegakkan syariat misalnya menghindari sifat benci, bohong, penipuan. Misalnya mengurangi timbangan, praktik kecurangan dalam industri, dagang, agama dan lain-lain.
-
Memastikan masyarakat mendapatkan hak atas timbangan dari ukuran yang benar,
-
Mencek kecurangan bisnis, misalnya menyembunyikan kerusakkan barang, memberikan informasi yang salah tentang barang.
-
Mengaudit kontrak yang tidak benar, misalnya mencek keberadaan praktik riba, judi.
-
Menajaga terlaksananya pasar bebas. Menjaga jangan sampai ada praktik yang merugikan akibat ketiadaan informasi pasar.
-
Mencegah penimbunan barang kebutuhan masyarakat.
-
Memastikan berlakunya harga yang wajar.
AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI ISLAM DALAM KONTEKS KEKINIAN
Akuntansi Islam dam konteks kekinian
diartikan sebagai akuntansi dalam perspektif Islam yang mampu menjawab
bagaimana seharusnya profil akuntansi Islam dalam situasi saat ini
dimana system ekonomi, politik, ideology, hukum dan etika masih
didominasi system lain yaitu system kapitalis yang dasar filosofinya
berbeda bahkan bertolak belakang dengan system nilai Islam.
Akutansi Islam
terpaksa mengadopsi berbagai jargon kapitalis tetapi secara pelan
pelan tapi pasti dikonversi dengan teknik dan prinsip nilai Islam
sibisanya sesuai konteksnya.
Dalam konteks
kekinian respons kita terhadap ASE adalah menerima dan mendorongnya
untuk diterapkan sehingga pada suatu saat disadari keterbatasan
akuntansi kapitalis ini dan pada akhirnya kita menerapkan Akuntansi
Islam secara Kaffah atau secara menyeluruh dan terpadu.
AGENDA MASA DEPAN
Situasi pada era masa depan sangat
tergantung pada perilaku ummat kita saat ini. Sebagaimana kita ketahui
saat in dunia dihadapkan pada “hidden conflict” antara dua
konsep sivilisasi besar. Kapitalisme dan Islam. Dalam situasi ini umat
Islam harus lebih cerdas memainkan peranan terutama dalam menjelaskan
berbagai konsep, tata, orde atau system nilai yang dimilikinya untuk
menjawab berbagai tantangan masyarakat dunia yang semakin lama semakin
kompleks.
Akutansi Islam masih melalui proses menuju akutansi Islam yang sebenarnya yang berfungsi membantu penegakkan syariah.
PENUTUP
Dalam konteks Islam isu yang diangkat
oleh ASE sangat relevan. Hal ini bisa dilihat dari definisi Muhasabah
(akuntansi) dan fungsi lembaga Muhtasib (Akuntan Pemerintah) yang
sangat luas yang mencakup etika dan kepatuhan terhadap syariah Islam.
Akuntansi Islam harus bisa mencakup aspek sosial, etika, keadilan,
lingkungan bahkan ketentuan lain yang diwajibkan oleh Allah SWT
termasuk dimensi akherat.
Namun dalam konteks kekinian, Akuntansi
Islam harus mampu menyesuaikan diri untuk kepentingan strategi dan
taktik. Selama ini dalam pelaporan masih mengikuti konsep dan nilai
kapitalis.
Sumber: http://sofyan.syafri.com/index.php/my-articles/5-islamic-accounting/60-akuntansi-sosial-ekonomi-dan-akuntansi-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar